Monday, March 16, 2009

Pemulihan Ekonomi Setelah Kegagalan

Oleh: Joseph E. Stiglitz
Sumber: Koran Tempo, 16 Maret 2009


Ada yang mengira bahwa terpilihnya Barack Obama bakal membawa perubahan besar di Amerika Serikat. Karena hal itu belum terjadi, bahkan setelah disahkannya rancangan undang-undang stimulus yang sangat besar jumlahnya, dan diajukannya program yang baru untuk menangani masalah kredit perumahan serta beberapa rencana untuk menstabilkan sistem keuangan, banyak yang mulai menimpakan kesalahan kepada Obama dan tim ekonominya.

Obama mewarisi ekonomi yang terjun bebas, dan tidak mungkin bisa mengubah segala sesuatu dalam waktu yang singkat sejak dilantik sebagai presiden. Presiden Bush tampak bagaikan seekor rusa yang tertangkap lampu sorot--lumpuh, hampir tidak mampu berbuat apa pun--selama beberapa bulan sebelum meninggalkan jabatan. Sungguh melegakan bahwa AS akhirnya mempunyai seorang presiden yang bisa bertindak dan apa yang telah dilakukannya diharapkan membawa perubahan besar.
  • Sayangnya, apa yang dilakukan Obama sekarang ini tidak cukup. Paket stimulus yang dikeluarkannya itu tampaknya memang besar--lebih dari 2 persen dari produk domestik bruto per tahun--tapi sepertiga dari stimulus ini digunakan untuk menutup pengurangan pajak. Amerika menghadapi debt overhang, pengangguran yang meningkat pesat (dan sistem kompensasi pengangguran yang paling buruk di antara negara-negara industri), serta ambruknya harga aset, stimulus itu kemungkinan besar bakal tersedot pada upaya menutup pengurangan pajak.

    Hampir separuh dari stimulus praktis cuma untuk mengimbangi efek kontraksi cutback pada level negara bagian. Lima puluh negara bagian di Amerika harus mempertahankan anggaran berimbang. Beberapa bulan yang lalu jumlah kekurangan anggaran diperkirakan mencapai US$ 150 miliar, sekarang jumlah tersebut pasti lebih besar--sebenarnya California saja menghadapi kekurangan anggaran sebesar US$ 40 miliar.

    Tabungan rumah tangga akhirnya mulai meningkat, suatu perkembangan yang baik untuk kesehatan jangka panjang keuangan rumah tangga, tapi buruk untuk pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, investasi dan ekspor juga menurun. Stabilisator otomatis Amerika--progresivitas sistemnya, kekuatan sistem kesejahteraan rakyatnya--telah sangat diperlemah, tapi ia bakal memberikan stimulus, sementara defisit fiskal diperkirakan melonjak sampai 10 persen dari PDB.

    Singkatnya, stimulus ini bakal memperkuat ekonomi Amerika, tapi ia mungkin tidak cukup untuk memulihkan pertumbuhan yang kuat. Semua ini merupakan berita buruk bagi bagian dunia lainnya. Sebab, pemulihan ekonomi global membutuhkan ekonomi Amerika yang kuat.

    Kekurangan riil program pemulihan ekonomi Obama ini tidak terletak pada paket stimulus itu, melainkan pada upayanya menghidupkan kembali pasar keuangan. Kegagalan Amerika ini memberikan pelajaran yang penting bagi negara-negara di seluruh dunia, yang menghadapi atau bakal menghadapi masalah yang semakin memburuk dengan dunia perbankannya.

    • Menangguhkan restrukturisasi perbankan menelan biaya yang besar, baik dalam ongkos bailout yang harus ditanggung maupun dalam rusaknya ekonomi secara keseluruhan yang terjadi sementara itu. Pemerintah di banyak negara tidak mau mengakui sepenuhnya ongkos yang harus dibayar ini, maka itu mereka membantu sistem perbankan hanya secukupnya agar tetap survive, tapi tidak cukup untuk memulihkan kesehatannya.
    • Confidence atau kepercayaan itu penting, tapi ia harus bertumpu pada fundamental ekonomi yang sehat. Kebijakan tidak boleh berdasarkan khayalan bahwa good loans bisa tercipta, dan bahwa ketajaman bisnis para pemain pasar keuangan bakal terbukti benar begitu kepercayaan pulih.

      Para bankir dapat diharapkan bertindak untuk kepentingan diri sendiri berdasarkan insentif yang ditawarkan. Insentif yang salah dan dirangsang pengambilan risiko yang berlebihan, dan bank yang hampir ambruk tapi terlalu besar untuk bangkrut, bahkan bakal semakin nekat berbuat demikian. Karena tahu pemerintah akan turun tangan jika perlu, mereka menunda menyelesaikan masalah kredit perumahan yang ada, seraya membayar bonus dan dividen dalam jumlah miliaran dolar.

      Diletakkannya beban kerugian di pundak pemerintah dan diswastanisasinya keuntungan ini lebih merisaukan daripada konsekuensi nasionalisasi perbankan. Para pembayar pajak di Amerika semakin dirugikan. Pada putaran pertama pengucuran dana, para pembayar pajak memperoleh dalam bentuk aset sekitar US$ 0,67 atas setiap dolar yang mereka bayar (walaupun aset itu hampir pasti overvalued dan nilainya jatuh dengan cepat). Tapi, dalam kucuran dana akhir-akhir ini, diperkirakan rakyat Amerika memperoleh cuma US$ 0,25 atas setiap dolar yang mereka bayar. Imbalan yang buruk ini berarti utang nasional yang besar di masa depan. Satu alasan mengapa kita memperoleh imbalan yang buruk adalah bahwa jika sekiranya kita menerima harga yang wajar atas uang yang kita keluarkan, kita sekarang ini sudah menjadi pemegang saham dominan dari setidak-tidaknya salah satu bank yang besar itu.

    • Jangan kacaukan penyelamatan bankir dan pemegang saham dengan penyelamatan bank. Amerika bisa menyelamatkan bank-banknya, tapi membiarkan pemegang saham memperoleh imbalan yang kurang daripada yang mereka bayar.
    • Trickle down ekonomi hampir tidak pernah berhasil. Mengucurkan uang ke bank ternyata tidak menolong para pemilik rumah: sita rumah terus berlangsung. Membiarkan AIG ambruk mungkin melukai beberapa lembaga yang penting secara sistematis, tapi berbuat demikian lebih baik daripada berjudi dengan dana lebih dari US$ 150 miliar dan berharap semoga sebagian kucuran itu jatuh di tempat yang benar.
    • Kurangnya transparansi menyebabkan sistem keuangan AS mengalami kesulitan. Kurangnya transparansi tidak bakal menyelamatkannya. Pemerintahan Obama sudah menjanjikan akan turun tangan membantu dan menganjurkan hedge funds dan investor swasta lainnya untuk buy out aset bank yang mengalami kesulitan. Tapi langkah semacam ini tidak bakal menentukan "harga pasar" seperti dikatakan pemerintahan Obama. Dengan kerugian yang ditanggung pemerintah, timbul distorsi harga. Kerugian bank sudah terjadi, dan keuntungan yang mereka peroleh sekarang harus ditanggung pembayar pajak. Membawa hedge funds sebagai pihak ketiga hanya akan menambah ongkos.

    Lebih baik melihat ke depan daripada melihat ke belakang. Daripada melihat ke belakang, lebih baik berfokus pada upaya mengurangi risiko pinjaman baru dan menjaga agar dana menciptakan kapasitas pinjaman baru. Apa yang sudah terjadi, terjadilah. Sebagai titik rujukan, US$ 700 miliar yang diberikan kepada satu bank baru, dengan leverage ratio 10 : 1, bisa mendanai pinjaman baru sebesar US$ 7 triliun.

    Era yang meyakini bahwa sesuatu dapat diciptakan dari kekosongan seharusnya sudah berlalu. Respons para politikus yang berpandangan dangkal--yang berharap bisa berhasil dengan suatu deal yang cukup kecil untuk menyenangkan para pembayar pajak dan cukup besar untuk menyenangkan para bankir--hanya akan memperpanjang masalah. Suatu impasse sedang terjadi. Lebih banyak dana diperlukan, tapi rakyat Amerika tidak berada dalam mood untuk memberikannya--pasti tidak dengan persyaratan yang tampak sampai saat ini. Sumur uang mungkin mulai mengering, begitu juga mungkin optimisme dan harapan yang legendaris dimiliki rakyat Amerika itu.*

  • Penulis adalah Guru Besar Ekonomi pada Columbia University, peraih Hadiah Nobel Ekonomi

    No comments:

    Post a Comment