Monday, March 2, 2009

Angka Pertumbuhan dan Prospek Bisnis 2009

Oleh: Harinowo Hadiwerdoyo
Sumber: Seputar Indonesia, 2 Maret 2009

Di tengah krisis global, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2008 tumbuh dengan tingkat yang tetap membesarkan hati.

Pernyataan ini harus dilihat dari perspektif global, di mana pada kuartal IV 2008 banyak negara yang sudah mengalami pertumbuhan negatif. Jepang dan Singapura bahkan sudah mengalami resesi, yaitu terjadinya pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Korea Selatan juga melaporkan pertumbuhan negatif 3,4% di kuartal IV,sehingga membawa negara tersebut pada kecemasan yang sama dengan saat krisis Asia 1997 lalu.

Malaysia secara resmi belum melaporkan angka PDB, tetapi Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi memberikan indikasi pertumbuhan ekonomi kuartal IV mencapai 3,5%.Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara utama Eropa juga sudah mengalami resesi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal IV 2008 PDB kita tumbuh secara tahunan (year on year) sebesar 5,2%.

Dengan pertumbuhan sebesar ini Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi riil 6,1% sepanjang 2008. Secara nominal, PDB naik lebih dari Rp1.000 triliun sepanjang 2008, yaitu dari Rp3.947 triliun pada 2007 menjadi Rp4.954 triliun tahun lalu.Ini kenaikan lebih dari 25%. PDB sebesar ini apabila dikonversi dalam dolar AS sesuai kurs pasar rata-rata mencapai USD520 miliar.

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan prediksi Goldman Sachs, yang menyatakan PDB Indonesia pada 2010 akan mencapai USD419 miliar. Bayangkan, PDB Indonesia pada 2008 ternyata 25% lebih besar dibandingkan PDB yang diprediksi untuk 2010. Ini berarti, realitas perekonomian Indonesia jauh lebih progresif dibandingkan prediksi yang sudah dianggap optimistis sekalipun.

Pendapatan per kapita (per penduduk) mencapai USD2.271, naik dibandingkan USD1.942 pada 2007. Peningkatan pendapatan sebesar 14% ini memiliki arti besar bagi dunia usaha. Selain peningkatan yang terjadi secara menyeluruh, jumlah kelas menengah juga meningkat. AC Nielsen memberikan gambaran mereka yang termasuk penduduk kelas menengah Indonesia, diukur dari pengeluaran bulanan. Secara kasar, pendapatan dari kelas menengah sekitar USD4.000 setiap tahun.

Jika mengikuti ukuran ini, berdasarkan pendapatan per kapita yang baru, yang sudah pasti masuk kriteria tersebut adalah 23 juta penduduk Indonesia. Jumlah itu hampir sama dengan seluruh penduduk Malaysia yang memiliki pendapatan ratarata saat ini sekitar USD7.000. Pada lapisan berikutnya,sebanyak 23 juta penduduk Indonesia (yaitu sekitar 10% dari seluruh jumlah penduduk) menerima pendapatan per kepala rata-rata sekitar USD3.450.

Dari jumlah ini, sekitar 7 juta penduduk merupakan bagian dari kelas menengah tersebut. Secara keseluruhan, jumlah kelas menengah Indonesia mencapai sekitar 30 juta orang dan setiap tahun bertambah secara signifikan. Jumlah ini jauh melampaui jumlah seluruh penduduk Malaysia. Jumlah penduduk kelas menengah ini telah menunjukkan karakternya dalam pola pengeluaran mereka.

Starbucks, Coffee Bean, McDonalds,Kentucky Fried Chicken adalah berbagai produk yang semakin banyak mereka konsumsi, sehingga memungkinkan berbagai bisnis tersebut berkembang pesat. Bahkan konsumsi es krim di Sumatera pada 2008 lalu meningkat sekitar 100%.Bayangkan, untuk produk yang bisa dikatakan bukan merupakan makanan pokok, bisa naik sebesar itu. Hal serupa terjadi pada penjualan cokelat, yang meningkat tinggi di Indonesia.

Untuk perawatan kulit, produk Unilever seperti Pond’s dan Citra; atau sabun dan sampo Dove merupakan produk yang sangat populer dan mengalami peningkatan penjualan sangat tinggi. Dengan melihat pola semacam itu, bisa dipastikan permintaan untuk melakukan perjalanan dengan pesawat terbang juga naik pesat. Bahkan bukan hanya itu, untuk rute-rute tertentu, yang semakin lama semakin banyak, permintaan seat pesawat tidak lagi hanya terbatas pada kelas ekonomi, melainkan juga kelas bisnis.

Untuk penerbangan Jakarta– Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya, mereka sering mencari kelas bisnis karena permintaan yang tinggi pada segmen tersebut. Perkembangan ini sangat mudah dilihat dari penuhnya Business Lounge Garuda di Bandara Soekarno-Hatta maupun Juanda. Selama dua bulan pertama tahun ini ada bisnis yang mengalami penurunan, tapi juga ada yang naik. Industri makanan dan minuman, sigaret, keperluan rumah tangga (household dan personal care) rasanya masih akan meningkat, yang didorong oleh kenaikan jumlah penduduk dan pendapatan.

Peningkatan tersebut rasanya masih akan terus berlangsung sepanjang tahun ini. Untuk produk dan jasa yang menjadi konsumsi kelas menengah, prospeknya relatif tetap baik dan memungkinkan untuk tetap tumbuh. Di tengah krisis global saat ini, yang terjadi ternyata justru pertumbuhan yang cukup tinggi untuk produk seperti cokelat,es krim,produk perawatan kulit, dan sebagainya.

Untuk segmen yang lain mungkin memang terjadi degradasi penggunaan produk, yaitu adanya pergeseran dari produk yang lebih mahal ke yang lebih murah.Kendati begitu, secara keseluruhan tetap terjadi pertumbuhan positif. Industri pertanian diperkirakan mengalami kenaikan produksi di 2009. Beberapa produsen batu bara juga menyatakan akan meningkatkan produksi pada tahun ini. Demikian juga mereka yang bergerak di bidang minyak dan gas, terutama dengan mulai beroperasinya Lapangan Tangguh dan lapangan lain.

Untuk Indonesia, 2009 mungkin tidak sebaik tahun lalu.Namun,melihatberbagai informasi yang ada, rasanya tahun 2009 masih memberikan pertumbuhan yang lumayan di tengah krisis yang makin meluas saat ini. (*)

Penulis adalah pengamat ekonomi

No comments:

Post a Comment