Monday, March 16, 2009

Gaji PNS dan Stimulasi Ekonomi

Oleh: Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo
Sumber: Seputar Indonesia, 16 Maret 2009

BARU-BARU ini saya berbicara dengan seorang pengusaha hebat, tetapi low profile. Dalam pembicaraan itu, saya kemukakan mengenai ketidakkonsistenan berbagai berita, antara krisis global yang sudah mulai memengaruhi Indonesia dengan fakta-fakta penjualan produk berbagai industri yang masih tumbuh.

Saya mengetahui langsung bahwa banyak produk konsumen yang tetap mengalami kenaikan penjualan, termasuk kenaikan penjualan sebuah perusahaan multinasional (MNC), yang bahkan membingungkan direksi perusahaan itu sendiri. Karena itu, saya mengambil kesempatan tersebut untuk menanyakan soal performa industri elektronik besar yang dimilikinya.

Industri elektronik dimaksud hanyalah salah satu dari berbagai industri manufaktur maupun jasa-jasa yang dimilikinya sehingga pengetahuan pengusaha tersebut tentang berbagai industri bisa dikatakan sangat komprehensif. Ini berarti bahwa informasi yang disampaikan pengusaha tersebut adalah informasi kredibel.

Dalam pembicaraan tersebut kembali saya dibuat ”bingung”.Saya memahami jika penjualan produk seperti sabun, detergen, pasta gigi mengalami pertumbuhan. Bagaimanapun juga setiap orang membutuhkan produk tersebut sehari-hari sehingga meskipun banyak yang mengatakan keadaan mulai dipengaruhi krisis,penjualan tersebut tetap meningkat.

Faktor utamanya di sini adalah demografi. Jumlah penduduk yang semakin besar diiringi pendapatan yang juga meningkat. Akan tetapi, saya memprediksi bahwa penjualan elektronik pasti akan terpukul. Kita mengetahui jatuhnya ekspor Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia, semuanya karena efek dari automotif dan elektronik.

Oleh karena itu,ekspektasi saya terhadap jawaban pengusaha tersebut adalah bahwa industri elektronik yang dimilikinya akan mengalami penurunan penjualan.Ternyata jawabannya, industri elektroniknya justru masih doing well.Jawaban ini mengejutkan saya.

Pendapatan Meningkat

Jawaban dari kebingungan itu muncul dari pengusaha tersebut,yaitu perhatikan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Gaji PNS bisa dikatakan merefleksikan pendapatan masyarakat pada umumnya karena gaji PNS menggiring upah minimum regional (UMR) untuk juga ikut naik.

Dengan pendapatan yang meningkat, masyarakat merasa tetap memiliki harapan akan masa depan mereka.Kepercayaan seperti ini pada akhirnya memengaruhi pola pikir dan tingkah laku masyarakat dalam berbelanja.Itulah sebabnya saya merasa aneh membaca sebuah berita di media baru-baru ini bahwa transfer pemerintah pusat ke daerah meningkat menjadi sekitar Rp14 triliun,antara lain untuk membantu tercapainya gaji minimum guru sebesar Rp2 juta.

Keanehan tersebut dipicu oleh kebingungan saya, mengapa berita yang sebetulnya sangat positif tersebut hanya muncul sebagai suatu cerita sambilan saja? Diceritakan sambil lalu untuk melengkapi cerita yang lebih besar, yaitu transfer dana ke daerah.Padahal sebetulnya justru intinya adalah: ”Ternyata gaji minimum PNS kita Rp2 juta.”

Apa Arti Ini Semua?

Jumlah PNS kita dewasa ini sekitar 4 juta orang di mana 2,5 juta merupakan guru PNS. Jika tiap guru menanggung empat anggota keluarga,yaitu seorang istri dan dua anak, setiap anggota keluarga minimum menerima Rp500.000. Ini lebih besar dari USD1,2 per orang per hari yang sekarang ini dianggap sebagai batas garis kemiskinan.

Sementara itu, kita mengetahui bahwa dalam banyak masyarakat kita, penghasilan tambahan masih banyak diperoleh dari hasil kebun sendiri (sayur-sayuran),memberikan les tambahan, serta penghasilan lain. Karena gaji Rp2 juta itu adalah minimum,kita memahami bahwa banyak di antara pegawai negeri yang menerima gaji lebih besar.

Bahkan ada yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah tersebut. Kita mengetahui bahwa semakin banyak daerah yang menerapkan UMR yang mendekati atau melebihi Rp1 juta per bulan. Bahkan banyak industri menerapkan sistem penggajian kombinasi, gaji tetap dan komisi berdasarkan jumlah produksi.

Ini berarti banyak tenaga kerja kita yang menerima upah melampaui UMR. Secara sangat mudah hal ini bisa dibuktikan di halaman parkir berbagai pabrik.Kita akan menyaksikan puluhan atau bahkan ratusan sepeda motor yang diparkir di halaman pabrik tersebut.PT Dharma Satya Nusantara, yang memproses kayu sengon menjadi mebel dan daun pintu, memiliki beberapa pabrik di Indonesia.

Pada salah satu pabriknya di Temanggung (bayangkan, Temanggung adalah kota yang sangat kecil), tempat parkir di pabriknya sudah mengalami perluasan karena tidak mampu menampung jumlah sepeda motor yang diparkir di halaman tersebut.Pemandangan yang sama juga dapat dilihat di PT Muara Krakatau di Sukabumi.

Nama-nama tersebut hanyalah contoh kecil dari ribuan perusahaan yang memiliki karakteristik serupa. Bahkan banyak karyawan di perkebunan sawit di daerah Bengkayang, Kalimantan Barat, memiliki dua atau lebih sepeda motor di setiap rumahnya.

Kenaikan Gaji Minimum dan Stimulasi

Pada akhirnya, salah satu stimulasi yang mampu untuk tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan daya beli perekonomian adalah kenaikan gaji minimum PNS. Peningkatan pendapatan yang sama juga diperoleh dari penurunan tarif pajak yang mulai efektif bulan Januari ini.

Bahkan terdapat kelompok pekerja yang memperoleh pembebasan pajak sama sekali. Semua itu adalah upaya meningkatkan daya beli yang akhirnya mampu memompa permintaan produk yang dihasilkan perekonomian di dalam negeri. Kucuran stimulasi berikutnya adalah untuk pembangunan infrastruktur.

Stimulasi jenis ini bertujuan menciptakan lapangan kerja baru, baik bagi yang belum memperoleh pekerjaan maupun yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Mungkin dalam hal ini akan muncul mismatch: antara yang di-PHK dan lapangan kerja baru hasil stimulasi fiskal.

Kendati demikian, pada akhirnya secara makro hal itu sama-sama mengurangi tingkat pengangguran. Banyak dari kita yang senantiasa skeptis dengan apa yang dikerjakan pemerintah. Namun, fakta di atas semestinya bisa berbicara.(*)

Penulis adalah pengamat ekonomi

No comments:

Post a Comment