Sumber: Kompas, 16 Maret 2009
Satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada para ekonom dan sekaligus sulit untuk dijawab adalah apa yang selanjutnya bakal terjadi dengan krisis global dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
Bagi pengusaha, jawaban atas pertanyaan itu menjadi sangat penting sebagai dasar untuk memperhitungkan dampaknya terhadap kinerja perusahaan sehingga langkah-langkah penyesuaian dapat dirumuskan secara lebih dini. Para bankir juga harus memperhitungkan seberapa besar risiko finansial yang pada akhirnya harus ditanggung oleh bank dalam bentuk kredit macet, rugi selisih kurs, hilangnya nilai aset yang dijaminkan, dan sebagainya.
Bagi pemerintah, jawaban itu menjadi jauh lebih penting lagi bukan karena kinerja ekonomi harus terus dipompa menjelang pemilu, tetapi untuk mempersiapkan langkah-langkah antisipatif yang tepat. Kebijakan pemerintah, baik dari sisi fiskal maupun moneter, biasanya membutuhkan waktu bisa secara efektif memengaruhi perekonomian atau memiliki
Efektivitas kebijakan anggaran sangat bergantung pada manajemen
Atas landasan itu, kebijakan yang reaktif dan korektif akan selalu kalah langkah dengan perkembangan masalah. Itu tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di Amerika sekalipun.
Seperti yang sudah diprediksi oleh Krugman (2008), salah satu masalah yang akan kita hadapi sampai akhir tahun ini adalah tekanan terhadap neraca pembayaran. Ada lima faktor yang secara fundamental dapat membuat kita khawatir terhadap masalah ini.
Yang pertama adalah kinerja ekspor yang semakin melempem. Nilai ekspor menunjukkan kecenderungan penurunan yang semakin tajam yang ditimbulkan oleh dua faktor, yakni penurunan harga dan volume ekspor. Jika dilihat dari efek harga, penurunan nilai ekspor secara tajam hampir bisa dipastikan masih akan berlanjut sampai Juni atau Agustus mendatang. Ini karena puncak harga komoditas ekspor Indonesia terjadi pada bulan Juni sampai Agustus 2008 sehingga koreksi harga yang paling tajam adalah kalau kita bandingkan dengan tingkat harga tertinggi. Selanjutnya, penurunan ekspor akan didominasi oleh penurunan
Faktor yang kedua adalah menurunnya pendapatan devisa dari
Faktor yang ketiga adalah kewajiban bayar pokok dan bunga utang luar negeri. Kewajiban pemerintah dan swasta yang jatuh tempo tahun ini akan mencapai 28 miliar dollar AS atau 55 persen dari cadangan devisa. Suatu jumlah yang tidak sedikit. Kewajiban utang pemerintah tampaknya akan ditutupi secara
Hanya saja, kalau swasta kita ingin melakukan
Faktor yang keempat adalah kemungkinan terjadinya pelarian modal oleh perusahaan multinasional (MNC) dan perusahaan transnasional (TNC). Pada umumnya, MNC/TNC sedang mengalami kesulitan keuangan di negara asal mereka. Masalahnya, kita tidak memiliki data akurat untuk menduga berapa besar pelarian modal yang akan terjadi.
Faktor yang kelima adalah masalah yang ditimbulkan oleh defisit anggaran di negara-negara maju. Rencana stimulus sebesar 4 triliun dollar AS yang akan mereka luncurkan tahun ini bisa mengakibatkan pelarian modal dari negara berkembang. Efek
Uraian tersebut hendak mengingatkan bahwa tekanan terhadap neraca pembayaran kemungkinan akan terjadi sepanjang tahun ini. Salah satu yang bisa membuat komplikasi terhadap masalah ini adalah
No comments:
Post a Comment