Wednesday, January 28, 2009

Mungkinkah Harga BBM Turun Lagi?

Oleh: Dr Kurtubi
Sumber: Seputar Indonesia, 28 Januari 2009

Harga minyak dunia, demikian juga harga minyak mentah Indonesia (ICP), selama tahun 2009 diperkirakan berfluktuasi pada kisaran relatif rendah.

Jauh lebih rendah dibandingkan fluktuasi harga selama 2008.Kondisi pasar minyak dunia sepanjang 2009 akan berada pada posisi yang sangat lemah sebagai dampak dari dua krisis sekaligus, yakni krisis finansial dan krisis ekonomi/resesi global.

Akibat krisis finansial, para investor yang selama ini memainkan uangnya di pasar komoditas, terutama di pasar minyak, secara sangat signifikan menarik dananya sehingga posisi jual jauh lebih besar dibandingkan posisi beli. Ini berakibat harga minyak turun.

Penurunan harga minyak menjadi semakin liar lantaran ekspektasi pelaku pasar terhadap permintaan minyak dunia yang sangat lemah akibat penurunan pertumbuhan ekonomi dunia. Negara-negara konsumen utama minyak dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif.

Perekonomian China yang selama lebih dari dua dekade tumbuh sangat tinggi––dalam beberapa tahun sempat menembus pertumbuhan dua digit––kini turun cukup tajam. Resesi ekonomi dunia yang sangat berpengaruh terhadap laju konsumsi minyak juga diindikasikan secara jelas oleh anjloknya penjualan mobil oleh hampir semua pabrikan automotif.

Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) seperti General Motors (GM) dan Chrysler nyaris berada di ambang kebangkrutan jika tidak di-bail out Pemerintah AS. Demikian juga raksasa automotif seperti Toyota, Nissan, Honda, BMW yang penjualannya juga turun.

Penurunan harga minyak yang diakibatkan oleh kombinasi krisis finansial dan krisis ekonomi dunia tidak mampu dibendung pengurangan kuota produksi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang telah mencapai 4,2 juta barel per hari. Meskipun sejak November 2009 negara-negara industri maju sudah memasuki musim dingin di mana biasanya konsumsi minyak melonjak, tetap saja harga minyak tidak menguat.

Juga sekalipun terjadi serangan Israel kepada Jalur Gaza yang biasanya mempunyai pengaruh signifikan terhadap kenaikan harga minyak dunia. Kali ini, faktor geopolitik dan peperangan di Timur Tengah ternyata tidak berpengaruh terhadap harga minyak dunia. Harga minyak baru akan kembali naik signifikan hingga bisa mencapai di atas USD70 per barel apabila ekonomi dunia pulih dan investor berspekulasi memainkan dananya di pasar minyak.

Kondisi seperti ini diperkirakan baru terjadi pada 2010. Pada saat harga minyak relatif sangat rendah di tengah resesi ekonomi global seperti saat ini, penurunan harga bahan bakar minyak dalam negeri dapat menjadi salah satu instrumen kebijakan untuk mendorong perekonomian dalam negeri. Penurunan harga BBM secara signifikan akan memberi dua manfaat sekaligus.

Pertama, tentu akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat lantaran mereka dapat berhemat seiring penurunan harga BBM. Daya beli sekitar 20 jutaan pengguna sepeda motor dan 10 jutaan keluarga nelayan akan secara otomatis meningkat, begitu harga BBM diturunkan.

Kedua, kalau ongkos angkutan umum dapat diturunkan (ini masih dalam proses pelaksanaan),pengeluaran masyarakat juga lebih hemat.Terlebih kalau harga barang dan jasa dapat ikut turun, yang disebabkan oleh menurunnya biaya produksi dan distribusi. Hal ini akan mendorong penurunan tingkat harga secara umum atau penurunan tingkat inflasi sehingga mendorong otoritas moneter untuk menurunkan tingkat suku bunga.

Di tengah masih tingginya angka pengangguran, yang dibarengi dengan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemulangan sejumlah besar tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, penciptaan lapangan kerja di dalam negeri adalah suatu keharusan. Kalau tidak, justru kerawanan sosial akan muncul, yang dapat merugikan semua pihak.

Dengan tingkat suku bunga yang akan terus turun, secara pasti hal itu akan berdampak positif pada upaya penciptaan lapangan kerja. Dari sisi rumah tangga, secara otomatis terjadi peningkatan daya beli seiring penurunan harga BBM. Keluarga dengan satu anak yang biasa menggunakan sepeda motor misalnya, yang dulu biasa membeli dua kaleng susu dan dua kilogram telor ayam setiap bulan kini setelah daya beli meningkat, bisa membeli lebih banyak susu dan telor untuk perbaikan gizi keluarga.

Ini juga sekaligus meningkatkan omzet penjualan usaha ritel/warung yang ada di sekiling tempat tinggal mereka. Dari sisi perusahaan, peningkatan omzet usaha ritel akan memicu peningkatan produksi. Kapasitas terpasang akan bisa dioptimalkan. Selanjutnya bahkan, ekspansi bukan hal yang mustahil. Suku bunga yang rendah juga akan mendorong perkembangan sektor perumahan dan automotif.

Penurunan harga BBM secara signifikan bisa menjadi instrumen kebijakan yang sangat tepat di tengah resesi ekonomi global. Ini bisa dijalankan tanpa harus membebani APBN secara berlebihan seperti pada 2008 ketika harga minyak dunia sangat mahal. Dengan menggunakan asumsi harga minyak dunia sekitar USD45 per barel dan kurs Rp11.000 per dolar AS, harga BBM masih bisa diturunkan ke level Rp4.000 per liter tanpa harus ada subsidi.

Kalaupun misalnya harga minyak dunia suatu saat di tahun ini akan menyentuh USD70 per barel–– kemungkinan ini kecil sekali––,maka besaran biaya instrumen kebijakan penurunan harga (subsidi BBM), yang akan muncul tidak akan melebihi angka Rp30 triliun. Angka ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan subsidi BBM tahun 2008. Sekali lagi,biaya ini pun baru muncul kalau harga minyak tahun 2009 sempat menyentuh USD70 per barel.

Di sisi lain, manfaat penurunan harga BBM bagi ekonomi masyarakat sangatlah besar, baik berupa peningkatan daya beli, penurunan inflasi maupun penciptaan lapangan kerja. Lalu mau tunggu apa lagi? (*)

Penulis adalah Direktur Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES)

No comments:

Post a Comment